Phone Contact

Semangat PAGI..

Senin, 24 Januari 2011

PTK PAI Kelas V SD

BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.Penelitian tindakan kelas dengan Penerapan Model Cooperatif Learning Tipe TGT (Teams Games Tournament).
a.Pada tahap pra tindakan peneliti menentukan kelompok dengan melihat nilai ulangan sebelumnya dan membentuk kelompok berdasarkan kemampuan akademik siswa.
b.Pada tahap detail pembelajaran terdiri dari penyajian kelas, diskusi kelompok, game, turnamen dan penghargaan kelompok.


Dst....

PTK PAI kels III

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian merupakan beberapa paparan data dan diskripsi penelitian yang dilangsungkan di SDN Sentul 02 pada kelas IIIA. Pada pemaparan data ini akan disebutkan tentang bagaimana proses penelitian tindakan kelas dengan melampaui 2 siklus ini. Pada setiap siklus terdapat 4 fase yang dilakukan yaitu rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan reflesi. Berikut ini akan dibahas tahap-tahap penelitan tiap sikuls;
Siklus I
Rencana Tindakan
Siklus I dilaksanakan pada 23 Juni 2010, dengan waktu 2 x 35 menit dalam melaksanakan strategi pembelajaran, guru mengemukakan orientasi dan prosedur kerja siswa sebagai kegiatan pembuka dengan memberikan materi pelajaran yang akan dipelajari. Beberapa hal yang harus direncanakan a). Bahan ajar, b). Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), 3). Lembar observasi, dan 4). Test evaluasi pada setiap akhir siklus
Pelaksanaan Tindakan
• Guru melakukan apersepsi terhadap materi yang akan diberikan pada siswa.
• Guru memberikan menjelaskan pengertian tentang 5 sifat wajib bagi allah yakni, wujud, qidam, baqo`, mukhalafatul lil khawaditsi, qiyamuhu binafsihi, sekaligus guru juga memberikan definisi dan penjelasan terhadap 5 sifat wajib Allah SWT tersebut.

dst ....

PTK PAI kelas I

ABSTRAKSI
Ninik Ma’rifah, 2010 “Implementasi Pendekatan Menyanyi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam kelas IC Semester I Tahun 2010/2011 pada Materi Pokok Enam Rukun Iman di Sekolah Dasar Negeri Sentul 02 Kepanjen Kidul Kota Blitar”

Kata kunci: Pendekatan Menyanyi, Meningkatkan Hasil Belajar

Dalam berbagai kesulitan pendidik dalam menyampaikan materi ajarnya, maka guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini peneliti mencoba menawarkan suatu metode pembelajaran yang menggunakan pendekatan menyanyi. Pendekatan ini ditimbang sangat perlu, hal ini dikarenakan kegiatan pembelajaran akan dilaksanakan pada siswa kelas I, sehingga metode menyanyi dipandang sangat efektif. Dari diskursus di atas, maka peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul “Implementasi Pendekatan Menyanyi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam kelas IC Semester I Tahun 2010/2011 pada Materi Pokok Enam Rukun Iman di Sekolah Dasar Negeri Sentul 02 Kepanjen Kidul Kota Blitar”.
Yang menjadi fokus masalah pada penelitian tindakan kelas ini adalah bagaimana implementasi pendekatan menyanyi untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam kelas IC semester I tahun 2010/2011 pada materi pokok enam rukun iman di Sekolah Dasar Negeri Sentul 02 Kepanjen Kidul Kota Blitar”
Dalam pelaksanaan pembelajaran melalui pendekatan menyanyi ini nampak siswa sangat antusias dalam mengikuti pelajaran, hal ini mungkin dikarenakan pada usia-usia siswa 7-8 tahun seperti pada kelas IC kegiatan menyanyi sangat menyenangkan. Disamping menyanyi sebagai wahana refresing namun guru juga bisa memasukkan materi-materi pelajaran di dalamnya. Pada siklus pertama dari tabel 4.2 mengenai hasil evaluasi pembelajaran nampak nilai siswa masih sangat rendah, dan tingkat ketuntasan juga belum mencapai target yakni lebih dari 85%. Nampaknya siswa masih kesulitan menterjemahkan lirik-lirik lagu tersebut kedalam pemahaman materi, hal ini bisa dilihat tingkat hafalan siswa bagus namun dalam menyebutkan enam rukun iman siswa masih kesulitan. Pada tabel 4.4 mengenai hasil evaluasi siklus II menunjukkan 87,5% atau 21 siswa yang tuntas dan hanya 12,5% atau 3 siswa yang tidak tuntas. Hal tersebut menunjukan materi hafalan seperti pada enam rukun iman sangat terbantu dengan metode pembelajaran melalui pendekatan menyanyi. Hal ini dimungkinkan selain faktor pendidikan agama lingkungan mereka, timbulnya motivasi untuk menghafalkan pada diri siswa, karena pada kenyataannya siswa yang lebih sering menyanyikan lirik lagu enam rukun iman tersebut walaupun itu di luar jam sekolah.

Rabu, 19 Januari 2011

PTK IPA kelas XI SMA/MA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi ini bahasa memiliki peran yang sangat urgen dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional bagi peserta didik. Dalam hal ini Bahasa Arab memiliki peran yang tidak kalah penting dengan bahasa-bahasa lainnya di dunia ini. Untuk itulah, maka dalam rangka untuk berinteraksi dan berkomunikasi sangatlah diperlukan keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan berbicara, membaca dan menulis serta mendengarkan demi memenuhi tuntutan jaman dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, maka tak pelak lagi bilamana dikatakan bahwasanya kemampuan untuk menguasai bahasa memiliki fungsi yang sangat urgen dalam kehidupan sehari-hari, terutama Bahasa Arab dalam rangka untuk mengkonfirmasi kebenaran wahyu Illahi dalam rangka menghadapi era globalisasi dewasa ini.
Sebagaimana kita ketahui, bahwasanya Bahasa Arab adalah merupakan bagian dari Bahasa Internasional. Kaye berpendapat bahwa "Arabic language is spoken nationaly by over 150 million people" it is truly one of the great modern languages of the world (Istiqomah, 2004 : 1)
Berhubungan dengan teori dan praktek dalam penggunaan bahasa, maka dalam pendidikan ada beberapa metode yang harus ditempuh oleh pengajar maupun pelajar. Selama ini kita wring terfokus pads teori, padahal apabila kita kembali pada tujuan pokok pendidikan, yaitu mencerdaskan kehidupan insan, maka arti cerdas tidaklah hanya sebatas pada potensi intelegensi, akan tetapi ada hal lain yang tidak kalah penting yaitu aspek afektif dan psikomotorik. Oleh karena itulah, maka alangkah bijaksananya bilamana kita mau jujur pada realita yang sebenamya akan keadaan pendidikan di negeri kita ini yang lebih nampak memprioritaskan faktor intelegensi.
Bukan merupakan suatu hal yang asing lagi, bahwasanya bilamana ada suatu pendapat atau ungkapan tentang peran guru dalam perkembangan dan kemajuan anak didik adalah sangat menentukan untuk mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan, maka seorang guru haruslah pandai dan bijak dalam memilih metode pengajaran agar sesuai dengan situasi dan kondisi anak didik. Hal tersebut dengan harapan agar anak didik dapat merasa senang dalam mengikuti proses belajar mengajar yang sedang berlangsung. Metode yang tepat diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif yakni berupa tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan dan proses belajar mengajar dapat menyenangkan.
Seorang guru hendaknya menyadari bahwasanya proses belajar mengajar yang hanya sebatas memberikan tugas pada siswa, maka kemampuan yang akan dicapai oleh siswa hanyalah sebatas memenuhi suatu tugas saja. Oleh karena itulah, maka untuk mendapatkan suatu hasil belajar yang diharapkan hendaknya seorang guru memiliki suatu metode yang tepat agar pelajar tidak hanya memiliki suatu kemampuan sebatas aspek kognitif saja yang nilainya hanya bersifat tujuan sesaat. Perlu pula dipahami bahwasanya hakekat ujian hanyalah sebagai evaluasi Berpijak dari latar belakang tersebut, maka jelaslah betapa urgennya pemberian tugas berupa tadriibaat as-suaal dengan mengaplikasikan kaidah¬-kaidah yang ada agar hasil belajar Bahasa Arab dapat meningkat terutama dalam hal penguasaan dan pemahaman materi juga dalam praktek kesehariannya.

dst....

PTK Bahasa Inggris Kelas II SMP/MTs

CHAPTER I
INTRODUCTION
1.1 Background of the Study
As an international language among other languages today, English indeed has played an important role in this modern world. English language functions not only as a language for science and technology, but also as a means of communication in economy and trade, multilateral relationships, as well as for career growth. Since it has great importance in this global world, the Indonesian government through its national curriculum focuses its goal on improving students’ ability in all skills in English, including the reading skill.
Reading constitutes an activity to understand what the text contains. As one of the language skills, reading contributes to the success of language learning together with the other skills. Reading enables students to find out information from an array of texts, ranging from textbooks, newspapers, magazines, advertisements, brochures, and the like. Reading also enables students to know how English is actually used in printed and written forms. According to Harmer (1998: 68) reading is beneficial not only for careers, study, and pleasure, but also for language acquisition. He further states that reading provides good models for English writing and provides opportunities to study language: vocabulary, grammar, punctuation, and the way we construct sentences, paragraphs, and texts.
The National Research Council (in Almaguer, 2005) in addition states that reading is essential for success in our society. Reading is also central to a child’s experiences in school and in everyday life. Thus, teaching children to read is a major task for reading teachers today. Since children arrive at schools at different reading developmental stages, reading teachers are faced with helping less capable readers improve their reading skills by providing the best reading instruction possible.

dst ....

PTK MTK SD Kelas V

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh pengetahuan tentang bahan matematika yang dipelajari. Matematika sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan membentuk pola pikir siswa yang mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang sistematis, logis, kritis dengan penuh kecermatan.
Sebagai pengetahuan, matematika mempunyai ciri – ciri khusus antara lain abstrak, deduktif, konsisten, hierarkis dan logis. Soedjadi ( 1989 ), menyataka bahwa keabstrakan matematika karena objek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, operasi dan prinsip. Ciri keabstrakan matematika beserta ciri lainnya yang tidak sederhana, menyebabkan matematika tidak mudah dipelajari, dan pada akhirnya banyak siswa yang kurang tertarik terhadap matematika. Ini berarti perlu adanya metode yang mampu menjembatani kailmuan matematika tetap terjaga dan matematika dapat lebih mudah dipahami. Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan metode Student Team – Achievement Divisions ( STAD ).
Hasil belajar ( tes formatif ) matematika tentang Bangun Ruang dipandang kurang memuaskan. Hal ini disebabkan kurangnya keaktifan siswa dalam diskusi kelompok, sebagian besar siswa kurang merespon pendapat yang diajukan teman, dan adanya anggapan dari siswa bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit untuk dipelajari.
Untuk mengetahui masalah – masalah yang dihadapi siswa dalam pelajaran matematika pokok bahasan Bangun Ruang secara detail serta cara untuk menanggulanginya perlu diadakan penelitian.
Penelitian yang akan dilakukan menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas. Observasi dilakukan di kelas V karena pembelajaran Bangun Ruang dalam KTSP diberikan pada semester I, maka dari itu peneliti melakukan observasi di kelas V SDN Maliran 01, kecamatan Ponggok, kabupaten Blitar.
Dari hasil diskusi dengan teman sejawat terungkap secara rinci masalah yang dihadapi siswa, yaitu antara lain sebagai berikut , siswa kurang aktif dalam pelaksanaan kegiatan diskusi kelompok, hal ini bisa terlihat saat diberi pertanyaan, hanya dua orang siswa yang dapat menjawab dengan tepat, sebagian besar siswa tidak merespon jawaban atau pendapat yang diajukan teman. Selain itu muncul anggapan dalam diri siswa, mereka menganggap pelajaran matematika sulit dipelajari, sehingga mereka tidak tertarik, sehingga pemahaman siswa terhadap matematika pokok bahasan Bangun Ruang masih rendah dan siswa kurang memahami tujuan serta manfaat mempelajari matematika pokok bahasan Bangun Ruang.
Secara garis besarnya jabaran permasalahan di atas dapat dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu, yang pertama siswa kurang memahami materi yang diterangkan guru, sehingga mereka tidak aktif dalam kegiatan diskusi kelompok dengan pokok bahasan Bangun Ruang. Permasalahan yang kedua, siswa menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit untuk dipelajari, sehingga mereka tidak tertarik dan pemahaman terhadap materi rendah.
Dari penjabaran permasalahan di atas, teman sejawat menganalisis bahwa faktor penyebab secara khusus berkaitan dengan pembelajaran matematika pokok bahasan Bangun Ruang yaitu, yang pertama guru kurang memberi bimbingan dalam pelaksanaan diskusi kelas dalam pelajaran matematika pokok bahasan Bangun Ruang, dan yang kedua kurangnya motivasi yang diberikan oleh guru, yang membuat siswa tertarik dengan pelajaran matematika, sehingga prestasi belajar dapat meningkat.
Berdasarkan uraian permasalahan dan faktor – faktor penyebabnya di atas, tindakan yang dapat diambil untuk menanggulangi sekaligus menyelesaikan permasalahan tersebut adalah dengan mengubah strategi pengajaran dari penerapan metode ceramah manjadi metode pembelajaran kooperatif model Student Team – Achievement Divisions ( STAD ), siswa menjadi aktif dalam kegiatan diskusi dan tercipta suasana belajar mengajar yang menyenangkan. Selain untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap mata pelajaran, penulis melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas juga untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional ( PGSD 4501 ) pada Program S-1 PGSD.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, jangkauan masalah dan pembatasan masalah di atas, maka dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
a. Apakah terdapat peningkatan prestasi siswa kelas V SDN Maliran 01 dalam pelaksanaan diskusi kelompok pelajaran matematika dengan pokok bahasan Bangun Ruang melalui penerapan metode STAD?
b. Apakah dapat tercipta suasana kelas yang menyenangkan sehingga dapat membangkitkan motivasi siswa kelas V SDN Maliran 01 dalam pelajaran matematika pokok bahasan Bangun Ruang?

dst ....

PTK Biologi Kelas IX

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melihat kenyataan dalam proses belajar mengajar siswa MTs Syekh Subakir Sumberasri Kec. Nglegok Kabupaten Blitar pada tahun pelajaran 2007/2008 semester 1 kelas IX setelah diadakan evaluasi belajar ulangan harian (formatif) pada pokok bahasan kelangsungan hidup makluk hidup sangat menurun (data terlampir I) padahal sudah diberikan pelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia dan kurikulum yang berlaku.
Hasil belajar yang kurang baik ini disebabkan; (1) Penggunaan model pembelajaran yang kurang sesuai, (2) Rendahnya minat belajar siswa, karena tidak adanya dukungan dari keluarga atau orang tua, (3) sarana yang kurang memadai (4) lingkungan yang kurang mendukung.
Kondisi belajar diatas tentunya kurang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan, untuk itu perlu dilakukan berbagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar tersebut.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ditekankan pada pengolahan kegiatan belajar mengajar dengan pola pengajaran menggunakan beberapa variasi mengajar yang mungkin bisa digunakan, dengan memperhatikan aspek sosial dan individu siswa. Hal ini perlu digunakan untuk memunculkan kreatifitas dan kecerdasan siswa (multiple intelegence) sehingga semua potensi dan kompetensi siswa dapat muncul. Untuk itulah perlu dilakukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament).
B. Rumusan Masalah
Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana guru meningkatkan hasil belajar siswa MTs Syekh Subakir Sumberasri Kec. Nglegok Kabupaten Blitar khususnya kelas IX pada pokok bahasan kelangsungan hidup makluk hidup dengan model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament).
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menghasilkan pengetahuan deskriptif, yaitu untuk mengetahui bagaimana model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan hasil belajar siswa MTs Syekh Subakir Sumberasri Kec. Nglegok Kabupaten Blitar pada pokok bahasan kelangsungan hidup makluk hidup khususnya kelas IX.

dst...

WACANA NEPOTISME DALAM PEMERINTAHAN KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN

PENDAHULUAN
Utsman bin Affan, salah satu shahabat Nabi Muhammad dan dikenal sebagai khalifah Rasulullah yang ketiga. Pada masa Rasulullah masih hidup, Utsman terpilih sebagi salah satu sekretaris Rasulullah sekaligus masuk dalam Tim penulis wahyu yang turun dan pada masa Kekhalifahannya Al Quran dibukukan secara tertib.[1] Utsman juga merupakan salah satu shahabat yang mendapatkan jaminan Nabi Muhammad sebagai ahlul jannah. Kekerabatan Utsman dengan Muhammad Rasulullah bertemu pada urutan silsilah ‘Abdu Manaf.[2] Rasulullah berasal dari Bani Hasyim sedangkan Utsman dari kalangan Bani Ummayah. Antara Bani Hasyim dan Bani Ummayah sejak jauh sebelum masa kenabian Muhammad, dikenal sebagai dua suku yang saling bermusuhan dan terlibat dalam persaingan sengit dalam setiap aspek kehidupan.[3] Maka tidak heran jika proses masuk Islamnya Utsman bin Affan dianggap merupakan hal yang luar biasa, populis, dan sekaligus heroik. Hal ini mengingat kebanyakan kaum Bani Ummayah, pada masa masuk Islamnya Utsman, bersikap memusuhi Nabi dan agama Islam.
Utsman Bin Affan terpilih menjadi khalifah ketiga berdasarkan suara mayoritas dalam musyawarah tim formatur yang anggotanya dipilih oleh Khalifah Umar Bin Khaththab menjelang wafatnya.[4] Saat menduduki amanah sebagai khalifah beliau berusia sekitar 70 tahun.[5] Pada masa pemerintahan beliau, bangsa Arab berada pada posisi permulaan zaman perubahan. Hal ini ditandai dengan perputaran dan percepatan pertumbuhan ekonomi disebabkan aliran kekayaan negeri-negeri Islam ke tanah Arab seiring dengan semakin meluasnya wilayah yang tersentuh syiar agama. Faktor-faktor ekonomi semakin mudah didapatkan. Sedangkan masyarakat telah mengalami proses transformasi dari kehidupan bersahaja menuju pola hidup masyarakat perkotaan.[6]

Kutub al-Sittah

BAB II
PEMBAHASAN

Kegiatan penghimpunan hadits tidaklah dilakukan oleh suatu tim tertentu, tetapi dilakukan oleh ulama hadits secara individual dan dalam masa yang berbeda. Proses penghimpunan hadits nabi melibatkan para periwayat hadits yang jumlahnya sangat banyak yang hidup pada zaman yang berbeda, mereka telah berusaha menghimpun hadits langsung dari periwayatnya. Metode periwayatannya juga berbeda-beda dan beragam, baik dilihat dari kriteria, metode, maupun jumlah hadits yang dimuatnya.
Pada abad ketiga Hijriah merupakan kurun waktu terbaik untuk menyusun atau menghimpun hadits Nabi di dunia Islam. Pada waktu itulah hidup enam penghimpun hadith shahih yang sangat terkenal, kitab-kitabnya dijadikan induk dari kitab hadits dan sampai sekarang masih banyak dipelajari oleh sarjana-sarjana muslim di berbagai perguruan tinggi dunia, kitab-kitab hadits tersebut terangkum dalam sebutan Kutub as-Sittah atau enam kitab induk hadits yang disusun oleh Imam Bukhari (256 H), Imam Muslim (261 H), Imam Abu Daud (275 H), Imam Tirmidzi (279 H), Imam Nasa’i (303H), dan Imam Ibn Majah (273 H).
Kutub as-Sittah merupakan kitab-kitab hadits yang sangat luar biasa dan dijadikan rujukan oleh ahli hadits lain, penetapan standar dan peringkat untuk kitab-kitab hadits ini didasarkan pada kualifikasi umum, maksudnya secara umum hadits yang termuat di shahih al-bukhari misalnya, memiliki kualifikasi keshahihan yang lebih tinggi dari pada hadits di shahih al-muslim. Demikian pula hadits-hadits yang dimuat dalam shahih al-muslim pada umumnya kualitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan yang termuat pada sunan abu dawud. Jadi penetapan standar dan peringkat itu tidak dimaksudkan sebagai pengakuan atau penilaian untuk setiap hadits yang termuat dalam kitab yang bersangkutan. Tegasnya, tidaklah setiap hadits yang termuat dalam sunan abi dawud misalnya, selalu lebih rendah kualitasnya dibandingkan hadits yang termuat dalam shahih al-muslim ataupun shahih al-bukhari.
Dalam hal penulisan sebuah kitab hadits dikenal ada beberapa istilah sistematika penyusunan hadits, seperti shahih, sunan dan musnad. Shahih dan sunan pengertiannya hampir sama, yaitu sebuah kitab yang disusun dengan cara membagi menjadi beberapa kitab dan tiap-tiap kitab dibagi menjadi beberapa bab seperti pada shahih bukhari, sunan abu dawud, sunan tirmidzi dan lain sebagainya. Sistem musnad yaitu sebuah hadits yang disusun berdasarkan nama periwayat pertama dari Rasul, seperti musnad Ahmad bin Hambal.

1. Shahih Al Bukhari
Imam Bukhari lahir di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Badrdizbah Al-Ju’fiy Al Bukhari, namun beliau lebih dikenal dengan nama Bukhari. Beliau lahir pada hari Jumat, 13 Syawal 194 H (21 Juli 810M).
Sebagai intelektual muslim yang berdisiplin tinggi, Imam Bukhari dikenal sebagai pengarang kitab yang produktif. Karya-karyanya tidak hanya dalam disiplin ilmu hadits, tapi juga ilmu-ilmu lain, seperti tafsir, fikih, dan tarikh. Fatwa-fatwanya selalu menjadi pegangan umat sehingga ia menduduki derajat sebagai mujtahid mustaqil (ulama yang ijtihadnya independen), tidak terikat pada mazhab tertentu, sehingga mempunyai otoritas tersendiri dalam berpendapat dalam hal hukum.
Dalam menyusun kitab tersebut, Imam Bukhari sangat berhati-hati. Menurut al-Firbari, salah seorang muridnya, ia mendengar Imam Bukhari berkata. “Saya susun kitab Al-Jami’ as-Shahih ini di Masjidil Haram, Makkah dan saya tidak mencantumkan sebuah hadits pun kecuali sesudah shalat istikharah dua rakaat memohon pertolongan kepada Allah, dan sesudah meyakini betul bahwa hadits itu benar-benar shahih”. Di Masjidil Haram-lah beliau menyusun dasar pemikiran dan bab-babnya secara sistematis
dst ....

Contoh PTK SD kelas III


A.   Latar Belakang
Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak terlepas pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya. Perubahan secara terus menerus ini menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional, termasuk penyempurnaan kurikulum sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. Salah satu penyempurnaannya adalah adanya perubahan kurikulum yang saat ini dikenal dengan kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) . Dengan berlakunya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mulai tahun ajaran 2004/2005 memacu adanya variasi pembelajaran yang menjadi tuntutan dasar dalam proses pembelajaran di sekolah. Metode pembelajaran sebagai bagian penting dalam upaya pencapaian hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu, guru diharapkan untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menerapkan berbagai metode pembelajaran yang telah ada sehingga dapat menarik minat siswa terhadap pelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar yang pada akhirnya diharapkan prestasi belajar siswa meningkat sesuai dengan tujuan pembelajaran sesuai dengan kenyataan di lapangan, meskipun di SDN Sentul 02 Kota Blitar sudah menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), namun pada umunya proses belajar mengajar dikelas, guru masih menggunakan metode ceramah yang lebih terpusat pada guru (teacher centered). Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan guru mengenai metode pembelajaran maupun strategi dalam mengajar  yang sesuai dengan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK),  sehingga seringkali proses belajar dan hasil belajar tidak sesuai dengan yang diharapkan. Pola pembelajaran yang bersifat teacher centered memberikan beberapa dampak negatif bagi siswa diantaranya siswa menjadi pasif, siswa menjadi kurang kreatif dan jika mengandalkan penjelasan dari guru saja, maka informasi yang diterima akan sedikit.
Untuk mencapai keberhasilan pembelajaran yang diharapkan upaya atau usaha yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan cara memperhatikan siswa, menguasai materi pelajaran dan memilih metode pembelajaran yang tepat. Salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar adalah dengan memilih suatu pembelajaran yang tidak membosankan (menoton) dan mengupayakan siswa untuk bekerja dalam suatu kelompok belajar. Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan siswa aktif adalah metode kooperatif. Menurut Suherman (2003:260) “ Cooperatif Learning adalah suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan”. Menurut Slavin (1995) “ beberapa macam pembelajaran kooperatif dapat ditempuh dengan model (1) Student Teams Achievement Divisions (STAD); (2) Teams Games Tournament (TGT); (3) Jigsaw; (4) Group Investigasi (GI); Think Pair Share; dan Numberel Head Together “. Masih sangat banyak lagi metode-metode pembelajaran yang dikembangkan di dunia pendidikan, dan pada kali ini peneliti ingin menerapkan metode pembelajaran kumon di SDN Sentul 02 kelas IIIA pada mata pelajaran PAI.
Dan salah satu jurus yang membuat metode kumon efektif adalah metode belajarnya. Di program Kumon, pembelajarannya disesuaikan dengan kemampuan masing-masing anak. Karena sesuai dengan potensinya masing-masing, akan lebih mudah bagi anak mempelajarinya.
Begitu teknik inti sudah dimengerti anak, ia bisa mempraktikkannya sendiri di rumah dengan berlatih soal-soal dan kesulitan-kesulitannya di sekolah. Bila terus dilatih, kemampuannya akan terus terasah. Bahkan metode Kumon ini bisa juga diajarkan pada anak usia prasekolah. Karena belum bisa menulis, biasanya mereka diberi alat bantu berupa papan bilangan magnetik, jigsaw puzzle, kartu bilangan dan sebagainya, hal tersebut mampu membentuk kecenderungan anak yang tentunya kecenderungan itu akan menyesuaikan dengan minat dan bakatnya.
Program Kumon tidak hanya mengajarkan cara berhitung tetapi juga dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk lebih fokus dalam mengerjakan sesuatu sehingga mampu meningkatkan kepercayaan diri siswa. Kemampuan tersebut akan terlihat dari kemampuan anak dalam menyelesaikan soal dengan cara mereka sendiri. Peserta program akan diajarkan dasar-dasar soal untuk bisa menyelesaikannya yang lebih sulit.
Dengan diskursus di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul ” Penerapan Model Pembelajaran Metode Kumon Untuk Meningkatkan Hasil  Belajar Siswa SDN  Sentul 02 Kota Blitar kelas IIIA pada mata pelajaran PAI Materi Lima Sifat Wajib bagi Allah SWT”.
dst ....